Selasa, 29 Maret 2011 0 komentar By: Kurnia Rahmawati

Dari pada pusing....

Hy guys... Setelah sekian lama menghilang... ni aku muncul lagii...hehe
Temen, di era moderen ini pasti ada kan diantara kalian yang udah lupa dengan dakon?? kelereng?? Jentik? Bedulan?
huft yang ada PS, PSP.. dan teman temannya.... Ayo lestarikan permainan khas indonesia ini.

Pel-pelan, e-nya dibaca seperti membaca kain pel (batu kereweng yang disusun keatas kemudian para pemain melempar sampai tumpukan itu jatuh berantakan),

Siri gendem (mata ditutup kemudian disuruh menangkap teman yang ikut bermain),

Betengan, e-nya dibaca seperti membaca tari ronggeng (saling merebutkan daerah kekuasaan dengan menggunakan sarana pohon sebagai benteng kekuasaan),

Jedulan (bambu seukuran jari orang dewasa yang diisi buah rempeni dan ditusuk dengan bambu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga bisa berbunyi seperti pistol), 

Sondah (membuat gambar kotak di tanah mirip seperti pesawat terbang kemudian melangkah maju mundur sesuai dengan jumlah kotak yang telah digambar),

Jentik (kayu kecil yang dipotong sepanjang dua jengkal untuk induknya dan satu jengkal untuk anaknya). Cara mainnya dengan menaruh dua buah bata di tanah yang digunakan untuk menaruh jentik. Disini ada istilah patil lele yaitu menaruh anak jentik di antara hidung dan mulut kemudian dipukul dengan induk jentik,

Dakon (ini yang paling terkenal sebagai ikon masyarakat jawa, yaitu sebuah kayu tebal yang diberi lubang berjumlah-kalau tidak salah-22 lubang dan menggunakan batu kerikil sebagai alat pengisi lubang tersebut,

Godongan (menyebut nama-nama dedaunan yang daunnya bisa diraih dan dipegang, jika pemain tidak bisa menyentuh daun yang disebutkan tadi maka dia akan ditangkap. Dan masih banyak mainan dan permainan lain yang lupa-lupa ingat nama dan cara memainkannya.
Diantara permainan yang lupa namanya adalah sebuah batu berbentuk lempengan seberat kira-kira lima kiloan. Batu diberdirikan kemudian dilempar dengan batu lain yang agak kecil sampai ada yang bisa menjatuhkan batu tersebut. Di belakang batu tersebut pemain mempertaruhkan beberapa bungkus permen (lupa namanya, bungkusnya tidak seperti bungkus permen sekarang) sesuai kesepakatan.  Ada juga permainan; anak yang jadi mengejar musuhnya tetapi dia tidak boleh menyentuh jika musuhnya berpura-pura jadi pohon dan harus nempel dipohon dengan kaki menggelantung.
Permainan dan mainan-mainan saya waktu kecil sudah cukup menghibur sehingga saya dan teman-teman bisa dianggap bukan sebagai anak-anak yang mengalami masa kecil kurang bahagia. Jati diri anak-anak adalah bermain, hanya itu masa-masa dimana manusia mengalami kebahagiaan dalam arti yang sebenarnya, jauh dari hiruk pikuk permainan orang-orang dewasa yang kadang tidak berjalan dengan jujur dan semestinya.


Huh.. pasti dah lupa.. bahkan ada yang tidak tahu...
Inget teman Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budaya dan sejarahnya...